BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik yang
dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam
rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok; tujuan ditetapkan
berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar
peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas
kolektif.
Pemahaman
akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan penentuan terhadap
citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi mendalam terhadap
kekuatan dan kelemahan diri akan sangat penting artinya dalam pencapaian
pemahaman obyektif terhadap realitas diri dan sekaligus modal dasar pembangunan
citra diri untuk kemudian mengembangkan peran diri. Pemahaman yang benar dan
realtistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri merupakan salah satu kunci
peningkatan konsep diri positif sebagai salah satu modal dalam
pengelolaan gangguan jiwa; khususnya yang dipengaruhi adanya citra diri negatif
seperti rasa tidak mampu, kekurangan fisik, kekurangan fisiologis, rasa minder
dan sebagainya.
Berdasarkan
pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini bertujuan untuk
mengembangkan citra diri positif melalui eksplorasi kekuatan dan kelemahan
diri.
B.
Tujuan
a.
Tujuan
umum
Tujuan umum yaitu klien mampu
memahami pentingnya kebersihan diri dan perawatan diri serta manfaat perawatan
diri.
b.
Tujuan
Khusus
1.
Klien
mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2.
Klien
mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
3.
Klien
mampu menunjukkan aktivitas makan.
4.
Klien
mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep
Defisit Perawatan Diri
a.
Pengertian
Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan
Wartonah 2000).
b.
Klasifikasi defisit
perawatan diri
1.
Kurang perawatan diri :
Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2.
Kurang perawatan diri :
Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3.
Kurang perawatan diri :
Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
4.
Kurang perawatan diri :
Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
(Nurjannah, 2004)
c.
Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) Penyebab kurang
perawatan diri adalah sebagai berikut :
1.
Kelelahan fisik
2.
Penurunan kesadaran
Menurut
(Dep Kes, 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah :
1.
Faktor prediposisi
a)
Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b)
Biologis : Penyakit
kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c)
Kemampuan realitas
turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d)
Sosial : Kurang
dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2.
Faktor presipitasi
Adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kogniti atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
a)
Body Image : Gambaran
individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b)
Praktik Sosial : Pada
anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c)
Status Sosial Ekonomi :
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
: Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus
ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e)
Budaya : Di sebagian
masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f)
Kebiasaan seseorang :
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g)
Kondisi fisik atau
psikis : Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak
yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
a)
Dampak fisik : Banyak
gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b)
Dampak psikososial :
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
d.
Manifestasi klinis
Menurut
Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1)
Fisik
a.
Badan bau, pakaian
kotor.
b.
Rambut dan kulit kotor.
c.
Kuku panjang dan kotor.
d.
Gigi kotor disertai
mulut bau.
e.
Penampilan tidak rapi.
2)
Psikologis
a.
Malas, tidak ada
inisiatif.
b.
Menarik diri, isolasi
diri.
c.
Merasa tak berdaya,
rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
a. Interaksi
kurang.
b. Kegiatan
kurang
c. Tidak
mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara
makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
e.
Mekanisme Koping
1.
Regresi
Kemunduran
akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini.
2.
Penyangkalan (Denial)
Menyatakan
ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
3.
Isolasi diri, menarik
diri
Sikap
mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk,
kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri
sendiri.
4.
Intelektualisasi
Pengguna
logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
menggangguperasaannya.
f.
Rentang respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga
bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri :
1.
Meningkatkan kesadaran
dan kepercayaan diri :
a)
Bina hubungan saling
percaya
b)
Bicarakan tentang
pentingnya kebersihan
c)
Kuatkan kemampuan klien
merawat diri
2.
Membimbing dan menolong
klien merawat diri :
a)
Bantu klien merawat
diri.
b)
Ajarkan keterampilan
secara bertahap.
c)
Buatkan jadwal kegiatan
setiap hari.
3.
Ciptakan lingkungan
yang mendukung
a)
Sediakan perlengkapan
yang diperlukan untuk mandi.
b)
Dekatkan peralatan
mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c)
Sediakan lingkungan
yang aman dan nyaman bagi klien.
B.
Konsep
terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok adalah
sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung satu sama lain dan
menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam kelompok saling
mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok
bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga
apabila kelompok ini di desain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan
perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan sebagai
terapi. Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi
Aktivitas Kelompok.
Pasien dengan gangguan
jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai dengan perilaku pasien
maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menimbulkan distres serta
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terapi menggunsksan
aktivitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok. Dengan
demikian, terapi aktivitas kelompok sebagai bagian dari terapi kelompok sangat
penting diterapkan dalam penanganan pasien gangguan jiwa dimasyarakat.
Terapi Aktivitas
Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok pasien (5-12 orang)
yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah perilaku
maladaptif menjadi adaptif. Lama pelaksanan TAK adalah 20-40 menit untuk
kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah kohesif, TAK dapat berlangsung
selama 60-120 menit ( Budi Ana Keliat, 2007 )
Terapi Aktivitas
Kelompok dibagi menjadi 4,yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi,terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
stimulasi realita, dan terapi aktivitasi kelompok sosialisasi.
1.
Terapi
Aktivitas Kelompok
Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien
dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan dalam pada tiap
sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas
berupa stimulus dan persepsi, stimulus yang disediakan: baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang
disediakan), stimlulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi klien yang maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian,
putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain dan halusinasi. Kemudian
dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
2.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Sensori
Aktivitas
digunakan sebagai stimulus pada stimulus sensori klien. Kemudian diobservasi
reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi
perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah dan gerakan tubuh). Biasanya klien
yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan
perasaannya, serta menampilkan respon. Aktivitas yang digunakan sebagai stimlus
adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya
dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan
sebagai stimulus.
3.
Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi
Realitas
Klien
diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri dan
orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan
lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. demikian pula dengan
orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan. Aktivitas dapat
berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua
kondisi nyata.
4.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Klien
dibantu untuk melakukan sosialisa dengan individu yang ada disekitar klien.
sosialisai dapat dilakukan seara bertahap dari interpersonal (satu dan satu),
kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
(Budiana Keliat, 2005).
C.
Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Terapi
aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
TUJUAN
Tujuan
umum TASKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok
secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah:
1.
Klien mampu
memperkenalkan diri;
2.
Klien mampu berkenalan
dengan anggota kelompok;
3.
Klien mampu
bercakap-cakap dengan anggota kelompok;
4.
Klien mampu
menyampaikan dan membicarakan topic percakapan;
5.
Klien mampu
menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain;
6.
Klien mampu bekerjasama
dalam permainan sosialisasi kelompok;
7.
Klien mampu
menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
AKTIVITAS
DAN INDIKASI
Aktivitas
TASKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien yang
mempunyai indikasi TASKS adalah klien dengan gangguan hubungan social berikut.
1.
Klien menarik diri yang
telah melakukan interaksi interpersonal.
2.
Klien kerusakan
komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus.
BAB III
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
SESI 1: Memperkenalkan diri
Tujuan
Klien
mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan,
asal dan hobi.
Kriteria
Anggota
Kriteria
klien sebagai anggota yang mengikuti Terapi Aktivita Kelompok ini adalah:
1.
Klien dengan riwayat
gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan diri: defisit perawatan diri
2.
Klien yang mengikuti
terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk,
dalam keadaan tenang.
3.
Klien dapat diajak
bekerjasama (cooperatif)
Waktu
Pelaksanaan
Terapi
aktivitas kelompok dilaksanakan pada:
Hari,
tanggal: Kamis, 05 April 2012
Waktu
:10:00 WIB- Selesai
Tempat :
Ruangan Melati
Nama
Klien dan ruangan
Klien
yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah 8 orang, sedangkan sisanya
sebagai klien cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun
nama-nama klien yang akan mengikuti terapi aktivitas kelompok ini serta klien
sebagai cadangan adalah:
Klien
peserta TAK
1.
Nn. Tina
2.
Nn. Ferry
3.
Nn. Dina
4.
Nn. Rini
5.
Ny. Sinta
6.
Ny. Nina
7.
Ny. Nani
8.
Ny. Lane
Klien
peserta cadangan
1.
Ny. Madia
2.
Ny. Wina
Susunan
pelaksana
1.
Leader: Serfia
2.
Co. Leader: Febri dan
Maria
3.
Fasilitator I: Franky
4.
Fasilitator II: Roria
5.
Fasilitator III:
Aloysia
6.
Fasilitator IV:
Virnando
7.
Observer: Dini dan Eva
Uraian
Tugas pelaksana
1.
Tugas Leader
ü Memimpin
berlangsungnya TAK
ü Merencanakan,
mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK
ü Menyampaikan
materi sesuai TAK
ü Memimpin
diskusi kelompok
2.
Tugas Co. Leader
ü Membuka
acara
ü Mendampingi
leader
ü Mengambil
alih posisi leader jika leader bloking
ü Menyerahkan
kembali kepada leader posisi leader
ü Menutup
acara leader
3.
Tugas fasilitator
ü Ikut
serta dalam kegiatan kelompok
ü Memberikan
stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk aktif mengikuti
berlangsungnya TAK.
4.
Tugas Observer
ü Mencatat
serta mengamati respon klien (dicatat
pada format yang tersedia).
ü Mengawasi
berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses hingga penutupan.
Setting
1.
Klien dan terapis duduk
bersama dalam lingkaran.
2.
Ruangan nyaman dan
tenang.
Denah
Pelaksanaan TAK
Keterangan:
Leader
Co.Leader
Fasilitator
Observer
Anggota TAK
Alat
1.
Tape recorder
2.
Kaset: “marilah kemari”
(Titiek Puspa)
3.
Bola tenis
4.
Buku catatan dan pulpen
5.
Jadwal kegiatan klien
Metode
1.
Dinamika kelompok
2.
Diskusi dan Tanya jawab
3.
Bermain peran/ simulasi
Langkah
Kegiatan
1.
Persiapan
a. Memilih
klien dengan indikasi, yaitu Defisit perawatan diri.
b. Mmebuat
kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan.
2.
Orientasi
Pada
tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi
salam terapeutik: slam dari terapis.
b. Evaluasi/validasi:
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak:
ü Menjelaskan
tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
ü Menjelaskan
aturan main berikut.
·
Menjelaskan tujuan
kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis.
·
Lama kegiatan 45 menit.
·
Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
3.
Tahap Kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape
recorder akan dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam
(yaitu kea rah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang
memegang bola memperkenalkan dirinya.
b. Hidupkan
kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum
jam.
c. Pada
saat tape dimatikan, anggota kelompok memegang bola mendapat giliran untuk
menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh
terapis sebagai contoh.
d. Tulis
nama panggilan pada kertas/ papan nama dan temple/pakai.
e. Ulangi
b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
f. Beri
pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member tepuk tangan.
4.
Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Ø Menanyakan
perasaan klien setelah mengikuti TAK
Ø Memberi
pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana
Tindak Lanjut
Ø Menganjurkan
tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di
kehidupan sehari-hari.
Ø Memasukkan
kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak
yang akan dating
Ø Menyepakati
kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
Ø Menyepakati
waktu dan tempat.
Evaluasi dan
Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja yang
menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 1, dievaluasi kemampuan klien
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi
berikut.
a.
Kemampuan verbal
No:
|
Aspek yang
Dinilai
|
Nama
Klien
|
||||
|
|
|
|
|
||
1.
|
Menyebutkan
Nama Lengkap
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menyebutkan nama panggilan
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menyebutkan asal
|
|
|
|
|
|
4.
|
Menyebutkan hobi
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
b.
Kemampuan Nonverbal
No:
|
Aspek yang
Dinilai
|
Nama
Klien
|
||||
|
|
|
|
|
||
1.
|
Kontak
mata
|
|
|
|
|
|
2.
|
Duduk tegak
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
|
|
|
|
|
|
4.
|
Mengikuti kegiatan dari awal dan akhir
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
SESI
II : Manfaat Perawatan Diri dan menjaga Kebersihan Diri
Tujuan:
1.
Klien mampu menyebutkan
manfaat pentingnya perawatan diri
2.
Klien mampu menyebutkan
cara menjaga kebersihan diri
3.
Klien mampu menyebutkan
akibat apabila tidak melakukan perawatan diri
Setting:
1.
Klien dan Terapis duduk
bersama dalam lingkaran
2.
Ruangan nyaman dan
tenang
Alat:
1.
Papan tulis
2.
Spidol
3.
Buku catatan dan pulpen
Metode
1.
Dinamika kelompok
2.
Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1.
Persiapan
a.
Mengingatkan kontrak
pada klien yang telah mengikuti sesi pertama
b.
Mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan
2.
Orientasi
a.
Salam terapeutik
·
Salam dari terapis
kepada klien
·
Klien dan terapis pakai
papan nama
b.
Evaluasi atau validasi
·
Terapis menanyakan
perasaan klien saat ini
·
Terapis menanyakan
pengalaman klien tentang perawatan diri yang dilakukan selama ini
c.
Kontrak
·
Menjelaskan tujuan
kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan manfaat perawatan diri dan cara
menjaga kebersihan diri serta akibat apabila tidak melakukan perawatan diri.
·
Menjelaskan aturan
main, yaitu:
Ø Menjelaskan
tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
terapis.
Ø Lama
kegiatan 45 menit.
Ø Setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3.
Tahap Kerja
a.
Terapis meminta klien
menyebutkan manfaat perawatan diri, cara menjaga kebersihan diri dan akibat
apabila tidak melakukan perawatan diri. Ulangi sampai semua klien mendapat
giliran
b.
Berikan pujian setiap
klien selesai bercerita
c.
Terapis menjelaskan
manfaat perawatan diri, cara menjaga kebersihan
diri dan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri.
4.
Tahap terminasi
a. Evaluasi
Ø Menanyakan
perasaan klien setelah mengikuti TAK
Ø Memberi
pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana
Tindak Lanjut
Ø Menganjurkan
tiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang telah dipelajari dalam
perawatan diri.
Ø Memasukkan
kegiatan manfaat perawatan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak
yang akan datang
Ø Menyepakati
kegiatan berikut, yaitu tata cara makan dan minum yang baik
Ø Menyepakati
waktu dan tempat.
Evaluasi dan
dokumentasi
Evaluasi
dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja yang
menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 2, dievaluasi kemampuan klien menyebutkan
manfaat pentingnya keperawatan diri, cara menjaga kebersihan diri dan akibat apabila
tidak melakukan perawatan diri dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.
No
|
Nama Klien
|
Menyebutkan
manfaat pentingnya perawatan diri
|
Menyebutkan
cara menjaga kebersihan diri
|
Menyebutkan
akibat apabila tidak melakukan perawatan diri
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
Petunjuk
Tulis nama
panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
|
|
Dokumentasi
Dokumentasikan
kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien.
SESI III: Mengenal dan menyebutkan tata cara makan
dan minum yang baik
Tujuan:
1.
Klien
mampu menyebutkan alat –alat makan dan minum
2.
Klien
mampu menjelaskan cara mempersiapkan
makan dan minum
3.
Klien
mampu menjelaskan cara makan dan minum
yang tertib
4.
Klien
mampu menjelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan
Setting:
1.
Klien dan Terapis duduk
bersama dalam lingkaran
2.
Ruangan nyaman dan
tenang
Alat:
Peralatan makan
dan minum
Metode
1.
Dinamika kelompok
2.
Diskusi dan tanya jawab
3.
Bermain peran dan
simulasi
Langkah kegiatan
1.
Persiapan
a.
Mengingatkan kontrak
pada klien yang telah mengikuti sesi kedua
b.
Mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan
2.
Orientasi
a.
Salam terapeutik
·
Salam dari terapis
kepada klien
·
Klien dan terapis pakai
papan nama
b.
Evaluasi atau validasi
·
Terapis menanyakan
perasaan klien saat ini
·
Terapis menanyakan
pengalaman klien tentang tata cara makan dan minum yang dilakukan selama ini
c.
Kontrak
·
Menjelaskan tujuan
kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan alat –alat makan dan minum, cara mempersiapkan makan
dan minum, cara makan dan minum yang
tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan
·
Menjelaskan aturan
main, yaitu:
Ø Menjelaskan
tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
terapis.
Ø Lama
kegiatan 45 menit.
Ø Setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3.
Tahap Kerja
a.
Terapis meminta klien
menyebutkan alat –alat makan dan minum, cara
mempersiapkan makan dan minum, cara makan
dan minum yang tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan.
b.
Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.
c.
Berikan pujian setiap
klien selesai bercerita
d.
Terapis menjelaskan
alat alat makan dan minum dan mendemonstrasikan cara mempersiapkan makan dan minum, cara makan dan minum yang tertib, cara merapikan
peralatan makan setelah makan.
e.
Meminta klien secara
bergilir untuk mendemonstrasikan ulang kegiatan pada point d.
f.
Memberikan pujian pada
peran serta klien.
g.
Memberikan kesimpulan
pada setiap kegiatan yang telah dipraktekkan.
4.
Tahap terminasi
a.
Evaluasi
Ø Menanyakan
perasaan klien setelah mengikuti TAK
Ø Memberi
pujian atas keberhasilan kelompok
b.
Rencana Tindak Lanjut
Ø Menganjurkan
tiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang telah dipelajari dalam tata
cara makan yang baik.
Ø Memasukkan
kegiatan tata cara makan yang baik pada jadwal kegiatan harian klien.
c.
Kontrak yang akan
datang
Ø Menyepakati
kegiatan berikut, yaitu tata cara eliminasi yang baik
Ø Menyepakati
waktu dan tempat.
Evaluasi dan
dokumentasi
Evaluasi
dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja yang
menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 3, dievaluasi kemampuan klien
menyebutkan alat-alat makan dan minum, cara mempersiapkan makan dan minum, tata
cara makan dan minum yang baik serta cara merapikan peralatan makan dan minum
dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.
No
|
Nama Klien
|
Menyebutkan
manfaat pentingnya perawatan diri
|
Menyebutkan
cara menjaga kebersihan diri
|
Menyebutkan
akibat apabila tidak melakukan perawatan diri
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
Petunjuk
Tulis nama
panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
|
|
Dokumentasi
Dokumentasikan
kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien.
SESI IV: Tata cara toileting (BAB/BAK)
Tujuan
1.
Klien dapat mengenal alat-alat
yang digunakan untuk toileting dan menjelaskan tata cara BAB/BAK secara mandiri
Setting
1.
Terapis dan klien duduk
bersama dalam lingkaran
2.
Tempat tenang dan
nyaman
Alat
Peralatan toileting
Metode
1.
Diskusi dan tanya jawab
2.
Bermain peran dan
simulasi
Langkah
Kegiatan:
1.
Persiapan
a. Memilih
klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan defisit perawatan diri
b. Membuat
kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a. Salam
teraupetik
1. Salam
dan terapis kepada klien
2. Perkenalkan
nama dan panggilan terapis
3. Menanyakan
nama dan panggilan semua klien
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan pada klien cara melakukan dan membersihkan BAB/BAK
Menanyakan pada klien cara melakukan dan membersihkan BAB/BAK
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
yang akan dilaksanakan, yaitu mengetahui cara melakukan dan membersihkan
BAB/BAK
Terapis menjelaskan aturan main
berikut:
·
Jika ada klien yang
ingin maninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis
·
Lama kegiatan 45 menit
·
Setiap klien mengikuti
kegitan dari awal sampai selesai.
3.
Tahap kerja
a.
Terapis meminta klien
menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk BAK/BAB, tata cara BAK/BAB yang
baik. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran
b.
Berikan pujian setiap
klien selesai bercerita
c.
Terapis menjelaskan
alat-alat yang digunakan untuk BAK/BAB.
d.
Menanyakan perasaan
klien setelah mengenal tata cara BAK/BAB.
e.
Memberikan pujian kepada
klien.
f.
Upayakan semua klien
mampu mengenal tata cara BAK/BAB.
4.
Tahap Terminasi
a.
Evaluasi
·
Terapis menanyakan
perasaan klien setelah mengenal tata cara BAK/BAB.
·
Menanyakan ulang cara
baru yang baik dan benar tata cara BAK/BAB.
b.
Tindak lanjut
·
Menganjurkan klien
menggunakan cara yang telah dipelajari untuk berhias
·
Memasukkan pada jadwal
kegiatan harian klien.
Evaluasi dan
Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah cara berhias yang
benar dan baik, Keuntungan berhias dan akibat tidak berhias.
Kemampuan berhias untuk mencegah defisit
perawatan diri
No
|
Nama klien
|
Menyebutkan
secara mandiri cara BAB/BAK
|
Menyebutkan
tempat BAB/BAK
|
Menyebutkan
Cara
melakukan BAB/BAK
|
Menyebutkan cara membersihkan
BAB/BAK
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Petunjuk:
1.
Tulis nama panggilan
klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2.
Untuk tiap klien, beri
penilaian kemampuan mengenal dan menjelaskan BAB/BAK, melakukan BAB/BAK secara
mandiri, klien mampu membersihkan diri sendiri setelah BAB/BAK, klien mampu membersihkan tempat BAB/BAK. Beri
tanda ceklis, jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu.
SESI
V: Tata cara Berhias
Tujuan
1. Klien
dapat mengenal dan menyebutkan alat-alat yang berhias
2. Klien
mampu menyebutkan cara berpakaian, bercukur untuk pria dan cara berhias dan
menyisir rambut untuk wanita
3. Klien
mampu menggunakan alat-alat yang diberikan untuk berhias
4. Klien
mampu menjelaskan manfaat berhias
Setting
1. Terapis
dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Tempat
tenang dan nyaman.
Alat:
Peralatan berhias dan bercukur
Metode:
1. Diskusi
dan Tanya jawab
2. Bermain
peran/ simulasi
Langkah Kegiatan
1.
Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya
b. Membuat
kontrak dengan klien.
c.
Mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam
Terapeutik
·
Salam dari terapis
kepada klien
·
Klien dan terapis pakai
papan nama
b.
Evaluasi/ Validasi
·
Menanyakan perasaan
klien saat ini
·
Menanyakan pengalaman
klien tentang berhias dan bercukur untuk pria yang dilakukan selama ini.
c. Kontrak
·
Menjelaskan tujuan
kegiatan, yaitu cara berhias untuk mempercantik diri
·
Menjelaskan cara main
berikut
§ Jika
ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis
§ Lama
kegiatan 45 menit
§ Setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap
Kerja
g.
Terapis meminta klien
menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk berhias, manfaat dan tata cara
berhias dan bercukur untuk pria. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran
h.
Berikan pujian setiap
klien selesai bercerita
i.
Terapis menjelaskan
alat-alat yang digunakan untuk berhias, manfaat dan mendemonstrasikan tata cara
berhias dan bercukur untuk pria.
j.
Meminta klien untuk
mendemonstrasikan kembali tata cara berhias. (menyisir rambut).
k.
Menanyakan perasaan
klien setelah mempraktikkan cara berhias
l.
Memberikan pujian
kepada klien
m.
Upayakan semua klien
mampu berhias dan sudah mencoba
4. Tahap
Terminasi
c.
Evaluasi
·
Terapis menanyakan
perasaan klien setelah berhias
·
Menanyakan ulang cara
baru yang baik dan benar cara berhias
d.
Tindak lanjut
·
Menganjurkan klien
menggunakan cara yang telah dipelajari untuk berhias
·
Memasukkan pada jadwal
kegiatan harian klien.
Evaluasi dan
Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah cara berhias yang
benar dan baik, Keuntungan berhias dan akibat tidak berhias.
Kemampuan berhias untuk mencegah defisit
perawatan diri
No
|
Nama Klien
|
Menyebutkan alat untuk berhias
|
Menyebutkan tata cara berhias
|
Menyebutkan akibat tidak berhias
|
1.
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
6.
|
|
|
|
|
7.
|
|
|
|
|
Petunjuk:
3.
Tulis nama panggilan
klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
4.
Untuk tiap klien, beri
penilaian kemampuan mengenal dan menjelaskan BAB/BAK, melakukan BAB/BAK secara
mandiri, klien mampu membersihkan diri sendiri setelah BAB/BAK, klien mampu membersihkan tempat BAB/BAK. Beri
tanda ceklis, jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk
kegiatan terapi psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan
diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis,
perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas
kelompok; tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang
dihadapi oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan
pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Kurang perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan,
toileting). Kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. Sesi yang digunakan untuk terapi aktivitas kelompok
pada defisit perawatan diri yaitu sesi memperkenalkan diri, sesi manfaat
pentingnya perawatan diri, sesi tata cara makan dan minum, sesi toileting dan
sesi tata cara berhias.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes
(2000). Standar Pedoman Keperawatan Jiwa.
Jakarta: DepKes
Nurhasanah.
J. dkk, (2006). Ilmu Komunikasi dalam
Konteks Keperawatan. Jakarta: TBK
Tarwoto & Wartonah (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Keliat,
Budi Anna. Dkk, (2007). Manajemen Kasus
Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat,
Akemat, (2004). Keperawatan Jiwa Teori
Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment