ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN HERNIA FEMORALIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK VIII
1. Hartatina
2. Anita SP
3. Martiana
4. Resti
5. Franky
6. U. Fajar
PROGRAM
STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKes SANTA
ELISABETH MEDAN
T.A.
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hernia
femoralis adalah berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.
Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis). Sepanjang sekitar 2
cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penonjolan kantong peritoneum
terletak dibawah ligamentum inguinale di antara ligamentum lakunare di medial
dan vena femoralis di lateral (http://duniabaca.com/jenis-jenis-penyakit-hernia-dan-pengobatannya.html#2).
Hernia
femoralis ini sering dijumpai pada perempuan tua, dengan perbandingan perempuan
dan laki – laki yaitu 4:1 . Hernia jenis ini dipicu karena obesitas, kehamilan
lebih dari 1 anak (kehamilan multi para). Hernia femoralis adalah hernia yang relatif jarang, terhitung hanya 3% dari
semua hernia. (http://duniabaca.com/jenis-jenis-penyakit-hernia-dan-pengobatannya.html#2).
Hernia femoralis dapat terjadi pada
pria dan wanita, hampir semua dari mereka mengalami penyakit ini disebabkan karena struktur tulang panggul wanita yang lebih luas. Hernia femoralis
lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak. Pada anak mungkin
dihubungkan dengan gangguan jaringan ikat atau dengan kondisi yang meningkatkan
tekanan intraabdomen. 70 % kasus pediatrik hernia femoralis terjadi pada bayi
di bawah usia 1 tahun (Article wikipedia).
Pada pasien dengan hernia hiatal
dilakukan adalah dengan operasi yang terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan tujuan menjepit anulus
femoralis (Herrysyu, 2011).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Konsep Dasar Medik
a. Pengertian
Hernia
femoralis adalah berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.
Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis) (http://duniabaca.com/jenis-jenis-penyakit-hernia-dan-pengobatannya.html#2).
Hernia
femoralis adalah benjolan di bagian
atas paha dekat selangkangan. Hernia terjadi
ketika isi perut (biasanya
bagian dari usus kecil) mendorong
melalui titik lemah atau robek
dinding otot yang tipis dari perut (http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm).
b. Anatomi
dan Fisiologi
Gambar hernia femoralis
Kanalis
femoralis terletak dimedial dari vena vemoralis didalam lakuna vasorum, dorsal
dari ligamnetum inguinalis, tempat vena safena bermuara didalam vena femoralis.
Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh ligamen inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os
pubis dari ligamen iliopektineale (ligamen cooper), sebelah lateral oleh vena
femoralis, dan disebelah medial oleh ligamen lakunare gimbenarti.
Kantung hernia femoralis berasal
dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi medial sarung femoralis
(femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar limfe, yang
terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis
femoralis oleh suatu penonjolan peritoenal dan seringkali membentuk massa yang
dapat dipalpasi. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari
ligamen inguinalis. Kelainan anatomi ini mengakibatkan inkaserasi hernia
femoralis (Mutaqin, 2011).
Pintu
masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk
ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Hernia
femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun
kantungnya mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis
melingkari kantung. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru
hernia femoralis dengan sangat tepat (Herrysyu, 2011).
c.
Etiologi
Penyebab hernia
femoralis sama seperti hernia inguinalis, yaitu:
1)
Defek kongenital
2)
Perubahan struktur
fisik
3)
Peningkatan tekanan
intra abdomen akibat dari kehamilan atau kegemukan
4)
Batuk yang kuat /
kronis
5)
Konstipasi kronis
6)
Mengangkat bebab berat
7)
Aktifitas, seperti
atlet angkat besi, balap sepeda dan berbagai jenis olahraga lainnya
d.
Patofisiologi
Hernia
femoralis berkembang dengan proses waktu, dengan berbagai aktivitas yang
meningkatkan tekanan intra abdomen akan meningkatkan progresifitas hernia.
Peningkatan tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal kedalam
kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia (Mutaqin,
2011).
Kurangnya
tonus otot abdominal, obesitas, dan kehamilan multipara juga meningkatkan
resiko pada wanita untuk mengalami hernia femoralis. Hernia femoralis sekunder
dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinalis, terutama
yang memakai teknik bassini atau soldice yang menyebabkan fasia transversa dan
ligamentum inguinale lebih bergeser keventrokranial sehingga kanalis femoralis
lebih luas. Sebagian besar hernia femoralis berkembang hanya pada satu sisi,
tetapi sekitar 15% dari hernia femoralis bersifat bilateral dan kondisi hernia
bilateral cenderung lebih tinggi untuk terjadi hernia strangulasi, serta
sekitar 20% hernia bisa berkembang menjadi hernia inclarserata (Mutaqin, 2011).
Hernia
femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia
inguinallis yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale tergeser
ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas. Hernia femoralis keluar
di sebelah ligamentum inguinale pada fosa ovalis. Kadang-kadang hernia
femoralis tidak teraba dari luar (Herrysyu, 2011).
Pathway
e.
Manifestasi
klinik
Pada
hernia femoralis kadang tidak menimbulkan gejala. Tapi ada beberapa gejala yang
sering tampak yaitu:
1.
Tampak adanya tonjolan
dipaha bagian atas sebelah pangkal paha
2.
Nyeri
pada benjolan dipaha
3.
Ketidaknyamanan
pangkal paha yang lebih buruk ketika berdiri dan mengangkat benda berat
4.
Kadang-kadang sakit
perut, mual, dan muntah
5.
Sakit waktu kencing
(dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela
paha.
f.
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponible ini dapat
terjadi jika isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum,
organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta.
Bila cincicn hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti
pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan
parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua segmen usus
terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berdada dalam
rongga peritoneum.
Jepitan cincicn hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udema organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredarah darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat beruapa cairan serosanguinis.
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi :
1)
Strangulasi
(penyumbatan aliran darah)
2)
Gangguan perfusi jaringan
3)
Perforasi usus
4)
Abses lokal
5)
Fistel
6)
Peritonitis
(http://herrysetyayudha.wordpress.com/tag/hernia-femoralis/)
g.
Prognosis
Ketika
operasi dilakukan untuk memperbaiki
hernia, prospek umumnya baik. Lengkap
pemulihan diharapkan setelah bedah
hernia. Hanya 1,5% hingga
3% dari semua hernia kambuh. Kemungkinan kambuh tergantung
pada ukuran dan beratnya hernia, sejarah dari setiap operasi hernia sebelumnya, adanya faktor predisposisi, dan teknik bedah yang digunakan untuk diperbaiki.
Beberapa penderita hernia tida
langsung sembuh setelah operasi.
Menggunakan sebuah patch jala sintetis untuk memperkuat
daerah selangkangan (hernioplasty)
dapat mengurangi risiko kekambuhan.
Sebuah hernia terjepit dapat mengancam hidup jika
tidak ditangani (http://www.mdguidelines.com/hernia-inguinal-and-femoral/prognosis).
h.
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pemeriksaaan
kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulosa
2. Foto
polos abdomen untuk mendeteksi adanya udara pada usus untuk mendeteksi adanya
ileus
3. CT
Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstra kolon
4. Pemeriksaan
fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia femoralis. Pada
surfei umum pasien pemeriksaan fisik fokus akan didapatkan:
· Inspeksi :
secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipatan paha. Apabila tidak
terlihat dan terdapat adanya riwayat penonjolan, maka pemeriksaan sederhana
pasien didorong untuk melakukan aktiitas peningkatan intra abdominal, seperti
mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipatan paha.
· Palpasi
: nyeri tekan pada lipatan paha dan paha atas.
· Auskultasi
: penurunan bising usus atau tidak ada menandakan gejala obstruksi intestinal.
(Mutaqin, 2011)
i.
Penatalaksanaan
Pada
pasien dengan hernia femoralis bisa dilakukan
dengan pengobatan konservatif maupun tindakan definitif berupa operasi.
Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring,
posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit)
dan sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan
hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis
strangulasi.
Operasi
terdiri dari herniotomy disusul
dengan hernioplasty dengan tujuan menjepit annulus femoralis. Hernia femoralis
dapat didekati dari krural. Inguinal, atau kombinasi keduanya. Pendekatan krural
yang tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan
kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkaserata, hernia residif atau
kombinasi dengan hernia ingunalis. Pada pendekatan krural, hernioplasty dapat
dilakukan dengan menjahitkan ligamentun inguinal ke ligamentum cooper. Teknik
Bassini melalui region ingunalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke ligamentum
gimbernati.
Operasi
merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis yang
strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Jika
reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplastik.
Pada
hernioplastik dilakukan tindakan
memperkecil anulus inginalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Dikenal berbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil anulus
inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup, dan memperkuat fasia transversa,
dan menjahitkan pertemuan muskulus transversus internus abdominis dengan
muskulus oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini. Metode ini memperbaiki
orifisium miopektineal, superior dari ligamentum inguinalis, yaitu anulus
profunda dan segitiga Hesselbach, sehingga dapat diterapkan baik pada hernia
direk maupun indirek.
2.2 Konsep Dasar
Keperawatan
a. Pengkajian
Keperawatan
1.
Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan
kesehatan.
Kaji status riwayat kesehatan yang
pernah dialami klien (keluhan yang dialami klien), apa upaya dan dimana klien
mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja yang membuat status kesehatan
klien menurun.
2.
Pola nutrisi metabolik.
Tanyakan kepada klien tentang jenis,
frekuensi, dan jumlah klien makan dan minum
klien dalam sehari. Kaji apakah klien mengalami anoreksia,mual atau muntah dan haus terus menerus.
Kaji selera makan berlebihan atau
berkurang, ataupun adanya terapi intravena, penggunaan selang NGT, timbang juga
berat badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan
ideal klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi
3.
Pola eliminasi.
Kaji terhadap frekuensi,
karakteristik, kesulitan/masalah dan juga pemakaian alat bantu seperti folly
kateter, ukur juga intake dan output setiap shift. Kaji apakah
klien mengalami distensi abdomen,
ketidakmampuan defekasi dan Flatus.
4.
Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik
sebelum sakit atau keadaan sekarang dan juga penggunaan alat bantu seperti
tongkat, kursi roda dan lain-lain. Tanyakan kepada klien tentang penggunaan
waktu senggang. Adakah keluhan pada pernapasan, jantung seperti berdebar, nyeri
dada, badan lemah.
5.
Pola tidur dan istirahat
Tanyakan kepada klien kebiasan tidur
sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur siang. Bagaimana suasana tidur klien
apakah terang atau gelap. Sering bangun saat tidur dikarenakan oleh nyeri,
gatal, berkemih, sesak dan lain-lain.
6.
Pola persepsi kognitif
Tanyakan kepada klien apakah
menggunakan alat bantu pengelihatan, pendengaran. Adakah klien kesulitan
mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi rasa tidak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi
sensori seperti pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi
terhadap tempat waktu dan orang.
7.
Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya,
apakah klien pernah mengalami putus asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut
klien mengenai dirinya.
8.
Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien dimasyarakat dan
keluarga, bagaimana hubungan klien di masyarakat dan keluarga dan teman kerja.
Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan
anggota keluarga dan orang lain.
9.
Pola produksi seksual
Tanyakan kepada klien tentang
penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang timbul. Berapa jumlah anak klien
dan status pernikahan klien.
10.
Pola mekanisme koping dan toleransi
terhadap stres
Faktor yang membuat klien marah dan
tidak dapat mengontrol diri, tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme
koping yang digunakan selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap
penyesuaian diri, ungkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.
11.
Pola system kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah,
klien menganut agama apa? Kaji apakah ada nilai-nilai tentang agama yang dianut
klien bertentangan dengan kesehatan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang adekuat.
2. Ketidak seimbangan cairan tubuh
berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh dari muntah dan obstruksi intestinal.
3. Nyeri berhubungan dengan respon
inflamasi lokal dan kerusakan jaringan lunak pasca bedah.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan adanya port de entree luka pasca bedah.
c. Intervensi
Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang adekuat.
NOC:
·
Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat
·
Intake makanan menjadi adekuat
·
Berat badan pada hari ketuju pasca operasi meningkat 0,5 kg.
NIC:
1.
Kaji toleransi fisik terhadap asupan nutrisi .
Rasional :pasien dengan hernia hiatal mempunyai tingkat fariasi terhadap toleransi intake nutrisi.
Rasional :pasien dengan hernia hiatal mempunyai tingkat fariasi terhadap toleransi intake nutrisi.
2.
Evaluasi adanya alergi makanan dan kontraindikasi makanan.
Rasional: beberapa pasien mungkin mengalami alergi makanan terhadap makanan tertentu.
Rasional: beberapa pasien mungkin mengalami alergi makanan terhadap makanan tertentu.
3.
Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan
secara periodik.
Rasional: berguna dalam mengukur keefektikan nutrisi dan dukungan cairan
Rasional: berguna dalam mengukur keefektikan nutrisi dan dukungan cairan
4.
Beri makanan halus atau makanan cair secara bertahap dan
dicampur dengan air.
Rasional: makanan halus dapat
memenuhi diet normal, yang dapat dimkan melalui NGT.
2. Ketidak seimbangan cairan tubuh berhubungan dengan
keluarnya cairan tubuh dari muntah dan obstruksi intestinal.
NOC:
· Keseimbangan cairan optimal
· Pasien menunjukkan muntah berkurang
NIC :
1. Kaji membran mukosa, turgor kulit
dan pengisian kapiler
Rasional : indikator keadekuatan
sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
2.
Pantau intake dan out put, catat warna urine /konsentrasi
Rasional: penurunan haluaran urine
dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi / kebutuhan peningkatan cairan.
3.
Auskultasi bising usus dan catat gerakan usus
Rasional : indikator kembalinya
peristaltik, kesiapan untuk pemasukan peroral
4.
Berikan sejumlah kecil minuman bila masukan peroral dimulai
dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
Rasional : menurunkan iritasi gaster
/ muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan.
5.
Kolaborasi pemberian cairan Intra vena
Rasional : membantu meningkatkan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh.
3. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal dan
kerusakan jaringan lunak pasca bedah
NOC:
·
Dalam waktu 1 x 24 jam pasca operasi respon dan tingkat
nyeri berkurang.
·
Pasien mampu melakukuan manajemen nyeri non farmakologi apabila
sensani nyeri muncul.
·
Ekspresi pasien rileks dan mampu melakuakn mobilitas ringan
dengan nyeri yang terkontrol .
NIC:
1. Jelaskan dan bantu pasien dengan
tindakan untuk meredakan nyeri non farmakologi dan non invasif .
Rasional: menunjukkan keefektikan dalam mengurangi nyeri.
Rasional: menunjukkan keefektikan dalam mengurangi nyeri.
2. Istirahatkan pasien pada saaat nyeri
muncul.
Rasional: istirahat secara fisiologis dapat menurunkan stimulus nyeri.
Rasional: istirahat secara fisiologis dapat menurunkan stimulus nyeri.
3.
Aarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri
muncul.
Rasional: meningkatkan asupan oksigen untuk menurunkan nyeri sekunder dan iskemia intestinal.
Rasional: meningkatkan asupan oksigen untuk menurunkan nyeri sekunder dan iskemia intestinal.
4.
Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung,
dan
istirahatkan pasien.
Rasional: lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung membantu
meningkatkan kondis oksigen ruangan, istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen
ke jaringan perifer.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de
entree luka pasca bedah.
NOC:
· Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi
infeksi.
· Terjadi perbaikan pada integritas pada
jaringan lunak.
· Tidak ada tanta-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan.
NIC:
1. Kaji jenis pembedahan, dan lakukan
perawatan luka.
Rasional: mengidentifikasi kemajuan
terhadap luka pembedahan dan mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah.
2.
Bersihkan luka dan drainase dengan cairan antiseptik dari
arah dalam ke luar.
Rasional: mengoptimalkan dan mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka .
Rasional: mengoptimalkan dan mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka .
3. Tutup luka dan penampang eksternal
dengan kasa steril.
Rasional: penutupan secara
menyeluruh dapa menghindari kontaminasi dari benda atau udara yang bersentuhan
dengan luka operasi.
4.
Kaji kondisi luka dan laporkan bila di temukan tanda –tanda
infeksi.
Rasional: adanya respon peradangan akan mengganggu dan memerlukan intervensi dari ahli bedah.
Rasional: adanya respon peradangan akan mengganggu dan memerlukan intervensi dari ahli bedah.
5.
Kolaborasi penggunaan antibiotik.
Rasional: antibiotik diberikan selama 3 hari pasca operasi untuk mencegah terjadinya infeksi.
Rasional: antibiotik diberikan selama 3 hari pasca operasi untuk mencegah terjadinya infeksi.
d.
Evaluasi
Kriteria
evaluasi yang diharapkan dapat diketahui setelah melaksanakan intervensi
keperawatan pada pasien hernia femoralis, meliputi hal-hal berikut:
1.
Asupan nutrisi harian terpenuhi
2.
Keseimbangan cairan optimal
3.
Nyeri berkurang atau teradaptasi
4.
Tidak terjadi infeksi luka pasca bedah
e.
Discharge Planning
1)
Persiapan home care
Klien
yang mengalami herniotomy atau hernioplasty dapat kembali normal dengan cepat.
Sebagain besar, operasi hernia dilakukan pada pasien rawat jalan dasar, klien
dapat melakukan kegiatan secara normal lagi dalam jangka waktu 2 minggu setelah
operasi.
2)
Pendidikan klien atau
keluarga
Perawat
mengajarkan klien untuk melanjutkan diet yang seperti biasa. Klien perlu
didorong untuk mengkonsumsi empat kelompok makanan sehat dan mengandung serat
dalam jumlah yang biasa. Pada umumnya klien diinstruksikan untuk tidak
mengangkat benda-benda berat selama 2 minggu setelah operasi. Tergantung pada
lokasi pembedahan dan kondisi fisik klien. Klien diinstruksikan untuk merawat
lukanya sampai kering dan tetap dalam keadaan bersih yaitu dengan menggantikan
pakaian harian steril. Jika dokter mengizinkan, mandi diperbolehkan. Jika klien
menerima obat apapun di rumah, perawat harus mengkaji tentang tujuan pengobatan
tersebut, dosis, frekuensi dan waktu administrasi, dan potensi efek samping.
Karena banyak obat yang dapat menghilangkan rasa sakit namun dapat menyebabkan
sembelit dan dengan demikian meningkatkan tegang.
3) Persiapan
psikososial
Klien
dapat pulang setelah operasi hernia jika klien dapat beradaptasi dengan
kondisinya. Klien mungkin memerlukan dukungan sebagai adaptasi untuk pemulihan
pasca-operasi. Beberapa orang takut akan recurrene dari herniasi. Oleh karena
itu, klien membutuhkan penjelasan melalui proses penyembuhan dan instruksi
mengenai mekanika tubuh yang tepat dan mengangkat.
4). Sumber kesehatan
Jika
klien sudah pulang ke rumah, harus ada persediaan untuk kebutuhan klien selama
3 sampai 5 hari. Jika klien tidak dapat melakukan perawatan insisi secara
independen, kunjungan oleh seorang perawat dari rumah sakit dapat diatur untuk
tindak lanjut di rumah.
BAB V
PENUTUP
Setelah pelaksanaan Asuhan
Keperawatan dengan Hernia Femoralis, maka dapat dibuat kesimpulan dan saran
yang dapat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan pelayanan keperawatan
pada umumnya serta perawatan pasien dengan hernia femoralis khususnya.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Dalam
pengkajian pada pasien dengan hernia femoralis, perawat diharapkan mampu
melakukan pengkajian fisik yang akurat, sehingga mampu menentukan diagnosa
keperawatan yang lebih pasti dan terlebih dahulu menguasai konsep teoritis dan
pengkajian dengan data.
2.
Diagnosa Keperawatan
Pada tahap diagnosa dapat
disimpulkan, bahwa dalam Asuhan Keperawatan pada pasien dengan hernia femoralis
terdapat 4 diagnosa keperawatan, yaitu:
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang adekuat.
2. Ketidak seimbangan cairan tubuh
berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh dari muntah dan obstruksi intestinal.
3. Nyeri berhubungan dengan respon
inflamasi lokal dan kerusakan jaringan lunak pasca bedah.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan adanya port de entree luka pasca bedah.
1.
makasih banyak nih infonya mengenai askep hernia, memang ini ada tugas untuk praktek dirumah sakit makanya disuruh membuat asuhan keperawatan hernia
ReplyDelete